Rabu, 06 Mei 2009

Andai beliau masih hidup, ingin kucium beliau, meski hanya sekali.

Ada sebuah ungkapan “you never know what you got until it’s gone”. Telak sekali.

Rasanya belum pernah sekalipun aku dengan sengaja mencium eYang kakungku tersayang . Beliau meninggal 26 Maret 2009. Bertepatan dengan kelahiran cucunya dari anak yang paling bungsu. Yang kakung adalah manusia besar dibalik tubuhnya yang rentan. Semua anak cucunya mengenal beliau sebagai sosok yang nrimo, ridho dengan segala yang ada. Lebih suka mengalah untuk menghindari perselisihan meski dia benar. Hatinya bersih dan peka. Belum pernah kulihat orang yang sering dipuji2 setelah meninggalnya seperti eyang kakung ini.

Dalam mobil ambulans pengantar jenazah, aku duduk di dekat peti mati, sejajar dengan kepala mayit, jasad eyangku. Kupandangi peti itu seakan-akan aku mampu melihat dalamnya. Eyang kakungku terbujur kaku, dan dingin, dan sendiri. Muncul kerinduan yang sangat, ingin kupegang tangannya dan kucium wajahnya.

Ah! “Kucium wajahnya” sesuatu yang aku belum pernah melakukannya. Betapa menyesalnya. Sakit sekali.

Air mata meleleh tanpa kusadari.

Hai kawan, jika ada sesuatu yang ingin kau lakukan untuk orang yang kau kasihi, lakukan sekarang juga. Sebelum kau menyesal seperti aku. Seperti orang-orang yang seperti aku. Orang-orang yang akrab dengan peribahasa tua.

“you never know what you got until it’s gone”

Tidak ada komentar: