Sudah dengar tentang buah labu di kebun Yang Uti yang berbuah?
Kalo sudah, sekarang abang kasih tau, buahnya manis banget. Tidak bentuk-nya, tidak rasanya. Semua menarik hati.
Sama seperti adek sepupu abang, cucu ter’baru’ Yang Uti, Dania Nidaur Rahmah Riawan. Manis banget, cantik sekaligus lucu. Liat aja fotonya. Sampai tadi malam (senin, 11 May 2009) si ade’ itu udah bisa miring n ketawa2 kecil.
Semenjak si ade’ ini bisa kasih respon ke orang-orang sekitar, kayaknya, rumah Yang Uti jadi sedikit rame.
Memang, cinta gak harus berbalas, tapi jujur, cinta yang bersambut lebih baik lagi
Selasa, 12 Mei 2009
manisnya...
Rabu, 06 Mei 2009
2 jenis buah matang di atas 1 jenis pohon
Asyyk….
Pohon rambutan berbuah labu.
Sumpah!! Di pohon mangga Yang Uti bergelantungan buah labu.
Baru 2 bulan yang lalu di halaman belakang muncul tunas tanaman merambat.Baru sebulan lalu baru diketahui itu adalah tanaman labu (jawa: waluh). Tapi 1 minggu yang lalu kami sudah bisa menikmati buah labu matang. Cepat sekali bukan?
Diperkirakan buah labu ini tumbuh dari biji yang dibuang di tempat sampah pekarangan. Dibuang secara asal, pokoknya jauh dari tata cara menyemai benih pelajaran tanam-menanam. Nah dari sampah itu muncul tunas labu, lalu menjadi besar, besar, dan merambat. Benar2 mirip ungkapan tentang kesuburan tanah jawa “gemar ripah loh jinawi, thukul tanpo tinandhur”
Merambat kemana-mana. Ke tanah, ke tali jemuran, ke atap, (alhasil, sekarang pekarangan jadi teduh, eyup dipayungi rambatan tanaman labu tadi) dan ke pohon mangga. Pemandangan yang aduhai sekali. Dan di ujung-ujung pohon mangga terjulur sulur rambatan tanaman labu. Indah nian kebun Eyangku.
Ajaib. sekali! Tiba2 kami menemukan buah labu masak seukuran padasan (padasan: tempat air untuk berwudlu, terbuat dari tanah liat -red) jatuh di tanah. Nyam !!
Jatuh di bawah pohon mangga, jauh dari pohon asalnya.
Saat ini terhitung sudah ada belasan buah labu. 3 buah besar dan lainnya kecil hingga tanggung.
Mungkin 1 minggu lagi ada 5 buah labu matang.
Labu, benar2 buah yang bagus, baik hati, tidak sombong.
Deg..deg.. kayaknya enak. Buah labu pertama yang jatuh tempo hari dibagi untuk Yang uti, mama, dan tetangga. Bener2 nyam stelah dirubah jadi kolak.
Ada yang mau? hehehe
oiya.. Agaknya ungkapan "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" perlu dikaji ulang
Hehehe
Andai beliau masih hidup, ingin kucium beliau, meski hanya sekali.
Ada sebuah ungkapan “you never know what you got until it’s gone”. Telak sekali.
Rasanya belum pernah sekalipun aku dengan sengaja mencium eYang kakungku tersayang . Beliau meninggal 26 Maret 2009. Bertepatan dengan kelahiran cucunya dari anak yang paling bungsu. Yang kakung adalah manusia besar dibalik tubuhnya yang rentan. Semua anak cucunya mengenal beliau sebagai sosok yang nrimo, ridho dengan segala yang ada. Lebih suka mengalah untuk menghindari perselisihan meski dia benar. Hatinya bersih dan peka. Belum pernah kulihat orang yang sering dipuji2 setelah meninggalnya seperti eyang kakung ini.
Dalam mobil ambulans pengantar jenazah, aku duduk di dekat peti mati, sejajar dengan kepala mayit, jasad eyangku. Kupandangi peti itu seakan-akan aku mampu melihat dalamnya. Eyang kakungku terbujur kaku, dan dingin, dan sendiri. Muncul kerinduan yang sangat, ingin kupegang tangannya dan kucium wajahnya.
Ah! “Kucium wajahnya” sesuatu yang aku belum pernah melakukannya. Betapa menyesalnya. Sakit sekali.
Air mata meleleh tanpa kusadari.
Hai kawan, jika ada sesuatu yang ingin kau lakukan untuk orang yang kau kasihi, lakukan sekarang juga. Sebelum kau menyesal seperti aku. Seperti orang-orang yang seperti aku. Orang-orang yang akrab dengan peribahasa tua.Baca lanjutannya...
“you never know what you got until it’s gone”